Masjidku.id – Tradisi ziarah wali di Aceh Darussalam menjadi perjalanan spiritual penuh makna yang menghidupkan nilai Islam dan sejarah para ulama besar.
Ziarah Wali di Aceh Darussalam: Perpaduan Iman dan Sejarah
Aceh Darussalam di kenal luas sebagai Serambi Mekkah, sebuah julukan yang menggambarkan kedekatan wilayah ini dengan nilai-nilai Islam yang kuat. Salah satu tradisi yang masih sangat di jaga hingga kini adalah ziarah wali, yaitu kegiatan mengunjungi makam para ulama dan tokoh penyebar agama Islam di masa lampau.
Ziarah wali di Aceh bukan sekadar wisata religi, melainkan juga perjalanan spiritual yang sarat nilai sejarah, budaya, dan keagamaan. Bagi masyarakat Aceh, ziarah wali adalah bentuk penghormatan terhadap para pendakwah yang telah menanamkan ajaran Islam di tanah rencong ini.
BACA JUGA : Makam Jalaluddin Rumi di Konya: Destinasi Cinta Sufi
Sejarah dan Makna Ziarah Wali di Aceh
Tradisi ziarah wali di Aceh telah berlangsung sejak berabad-abad lalu. Ketika Islam mulai berkembang di wilayah ini pada abad ke-13, banyak ulama dari Timur Tengah dan Gujarat datang ke Aceh untuk menyebarkan dakwah. Mereka tidak hanya mengajarkan ajaran Islam, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan yang luhur.
Ziarah ke makam para wali menjadi cara bagi masyarakat untuk mengenang jasa-jasa besar para penyebar Islam tersebut. Selain itu, ziarah juga menjadi sarana introspeksi diri. Di setiap makam, para peziarah biasanya membaca doa, tahlil, dan ayat-ayat suci Al-Qur’an sebagai bentuk penghormatan sekaligus memperkuat hubungan spiritual dengan Allah SWT.
Lokasi-Lokasi Ziarah Wali Terkenal di Aceh Darussalam
1. Makam Sultan Iskandar Muda
Terletak di Banda Aceh, makam Sultan Iskandar Muda merupakan salah satu tempat ziarah paling ramai di kunjungi. Beliau adalah raja terbesar dalam sejarah Kesultanan Aceh Darussalam yang memerintah pada abad ke-17. Selain di kenal sebagai pemimpin gagah berani, Sultan Iskandar Muda juga di kenal religius dan berperan besar dalam memperluas dakwah Islam ke berbagai daerah Nusantara.
Ziarah ke makam beliau bukan hanya bentuk penghormatan terhadap tokoh sejarah, tetapi juga refleksi atas kepemimpinan yang berlandaskan iman dan ilmu.
2. Makam Syiah Kuala (Teungku Syekh Abdurrauf As-Singkili)
Tokoh besar yang satu ini di kenal sebagai ulama yang sangat berpengaruh di Aceh dan dunia Melayu. Syekh Abdurrauf As-Singkili atau di kenal dengan Syiah Kuala merupakan penulis karya monumental Tafsir Turjuman al-Mustafid — salah satu tafsir Al-Qur’an pertama dalam bahasa Melayu.
Makamnya terletak di kawasan Desa Kuala, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Banyak jamaah datang untuk berdoa dan mengenang keilmuannya. Tempat ini juga sering di jadikan lokasi pengajian dan kegiatan keagamaan, terutama menjelang bulan Ramadan.
3. Makam Teungku Chik Di Tiro
Nama Teungku Chik Di Tiro Muhammad Saman dikenal sebagai pahlawan sekaligus ulama besar yang berjuang melawan penjajah Belanda. Makamnya berada di Kabupaten Pidie, tepatnya di Tiro. Bagi masyarakat Aceh, ziarah ke makam Teungku Chik Di Tiro menjadi simbol semangat jihad dan cinta tanah air yang dilandasi oleh keimanan.
4. Makam Teungku Fakinah
Teungku Fakinah dikenal sebagai ulama perempuan dan pejuang dalam perang Aceh. Makamnya yang terletak di Ulee Lheue, Banda Aceh, sering dikunjungi kaum wanita karena dianggap sebagai simbol keteguhan hati dan keberanian dalam membela agama.
Nilai-Nilai Spiritual dalam Ziarah Wali
Ziarah wali di Aceh bukan hanya ritual, tetapi juga media pembelajaran spiritual. Di setiap kunjungan, para peziarah diingatkan untuk:
- Mengenang jasa para ulama yang telah berjuang menegakkan Islam.
- Meningkatkan keimanan dengan merenungi perjuangan dan kesederhanaan hidup para wali.
- Menguatkan ukhuwah Islamiyah melalui kebersamaan dan doa bersama sesama jamaah.
Selain itu, tradisi ini mempertegas identitas Aceh sebagai daerah yang berakar kuat pada nilai keislaman. Banyak peziarah yang merasa tenang dan mendapat ketentraman batin setelah berkunjung ke makam-makam tersebut.
Ziarah Wali sebagai Wisata Religi
Kini, pemerintah daerah Aceh juga mengembangkan konsep wisata religi berbasis ziarah wali. Setiap tahunnya, ribuan wisatawan domestik dan mancanegara datang untuk mengunjungi makam para wali dan tokoh-tokoh Islam Aceh.
Program ini tidak hanya memperkuat nilai spiritual masyarakat, tetapi juga meningkatkan sektor ekonomi lokal. Di sekitar area makam, berkembang berbagai usaha kecil seperti penjualan kitab, kerajinan tangan, dan makanan khas Aceh seperti kue bhoi atau kopi gayo.
Ziarah wali pun menjadi salah satu magnet wisata utama Aceh, di samping keindahan alam dan warisan budaya lainnya.
Penutup
Ziarah wali di Aceh Darussalam merupakan warisan spiritual yang mempertemukan sejarah, agama, dan budaya dalam satu perjalanan penuh makna. Setiap langkah menuju makam para wali mengingatkan manusia pada hakikat kehidupan — bahwa kejayaan sejati terletak pada ilmu, amal, dan keikhlasan.
Melalui ziarah ini, Aceh tidak hanya mempertahankan julukannya sebagai Serambi Mekkah, tetapi juga terus menumbuhkan semangat Islam yang damai dan berakar kuat pada tradisi keilmuan para ulama terdahulu.
