
Masjidku.id – Makam TGH Zainuddin Abdul Madjid di Lombok menjadi tujuan ziarah religi untuk mengenang jasa ulama besar pendiri Nahdlatul Wathan.
Pulau Lombok tidak hanya di kenal dengan keindahan alam dan destinasi wisata pantainya, tetapi juga dengan warisan spiritual dan keagamaan yang kental. Salah satu sosok penting dalam sejarah keislaman di Lombok adalah Tuan Guru Haji (TGH) Zainuddin Abdul Madjid, seorang ulama besar, tokoh pendidikan, sekaligus pendiri organisasi Islam Nahdlatul Wathan (NW). Makam beliau kini menjadi salah satu tujuan ziarah religi bagi masyarakat, khususnya umat Islam di Nusa Tenggara Barat.
BACA JUGA : Keindahan Masjid Ulu Camii, Ikon Religi di Bursa Turki
Profil Singkat TGH Zainuddin Abdul Madjid
TGH Zainuddin Abdul Madjid lahir pada 1898 di Pancor, Lombok Timur. Sejak kecil, beliau sudah menunjukkan minat mendalam terhadap ilmu agama. Setelah menimba ilmu di Makkah selama beberapa tahun, beliau kembali ke tanah air untuk berdakwah dan mengembangkan pendidikan Islam.
Pada tahun 1953, beliau mendirikan Nahdlatul Wathan, organisasi Islam terbesar di Nusa Tenggara Barat yang fokus pada pendidikan, dakwah, dan sosial. Melalui organisasi ini, beliau berhasil mendirikan ratusan madrasah, pesantren, hingga perguruan tinggi yang berkontribusi besar bagi kemajuan umat Islam di Lombok dan Indonesia pada umumnya.
Atas jasa-jasanya, TGH Zainuddin Abdul Madjid di anugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 2017 oleh Presiden Joko Widodo.
Lokasi Makam
Makam TGH Zainuddin Abdul Madjid terletak di Pancor, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, tidak jauh dari pusat aktivitas Nahdlatul Wathan. Lokasi ini mudah di jangkau oleh masyarakat dan telah menjadi salah satu destinasi wisata religi yang ramai di kunjungi. terutama pada hari-hari besar Islam atau haul (peringatan wafat) beliau.
Suasana sekitar makam sangat religius. Lingkungan yang tertata rapi, tenang, dan di kelilingi oleh pesantren serta lembaga pendidikan yang beliau dirikan, menambah kesan mendalam bagi setiap peziarah.
Nilai Spiritual Ziarah
Ziarah ke makam TGH Zainuddin Abdul Madjid tidak hanya sebatas mengenang jasa beliau, tetapi juga sebagai sarana memperkuat iman dan spiritualitas.
Beberapa makna penting dari ziarah ke makam beliau:
- Menghormati Ulama: Sebagai bentuk penghargaan kepada perjuangan ulama dalam menyebarkan Islam.
- Meneladani Perjuangan: Mengingat jasa beliau dalam bidang dakwah, pendidikan, dan sosial.
- Doa dan Refleksi: Peziarah biasanya membaca doa, tahlil, dan Al-Qur’an untuk mendoakan almarhum sekaligus merenungi perjuangan hidupnya.
Peran Besar dalam Pendidikan
Warisan terbesar TGH Zainuddin Abdul Madjid adalah dunia pendidikan. Melalui Nahdlatul Wathan, beliau membangun jaringan lembaga pendidikan Islam yang luas. Hingga kini, ribuan alumni madrasah dan pesantren NW telah berperan penting dalam masyarakat sebagai guru, ulama, maupun pemimpin daerah.
Inilah bukti nyata bahwa perjuangan beliau tidak berhenti meski jasadnya telah di makamkan. Pemikiran, karya, dan semangatnya tetap hidup melalui generasi penerus Nahdlatul Wathan.
Makam sebagai Destinasi Wisata Religi
Makam TGH Zainuddin Abdul Madjid kini tidak hanya dikunjungi oleh warga Lombok, tetapi juga oleh peziarah dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, beberapa wisatawan mancanegara yang tertarik pada sejarah Islam di Indonesia turut menyempatkan diri berkunjung.
Selain berziarah, pengunjung juga bisa melihat langsung berbagai lembaga pendidikan di sekitar Pancor yang didirikan oleh beliau. Hal ini memperkaya pengalaman wisata religi dengan nilai edukatif sekaligus spiritual.
Harapan Generasi Muda
Kehadiran makam TGH Zainuddin Abdul Madjid seolah menjadi pengingat bagi generasi muda Muslim. Bahwa perjuangan dakwah dan pendidikan harus terus dilanjutkan. Nilai-nilai keikhlasan, dedikasi, dan cinta tanah air yang beliau wariskan sangat relevan untuk dijadikan pedoman hidup saat ini.
Kesimpulan
Makam TGH Zainuddin Abdul Madjid di Pancor, Lombok Timur, adalah simbol penghormatan terhadap ulama besar yang berjasa besar bagi kemajuan Islam dan pendidikan di Nusa Tenggara Barat. Sebagai pendiri Nahdlatul Wathan dan pahlawan nasional. Beliau meninggalkan warisan yang tidak ternilai, baik dalam bentuk lembaga pendidikan maupun keteladanan hidup.
Bagi umat Islam, ziarah ke makam beliau bukan hanya perjalanan religi. Tetapi juga momen untuk merenungi jasa para ulama yang dengan gigih memperjuangkan ilmu, iman, dan kemajuan bangsa.