
Zikir Kebangsaan
Zikir Kebangsaan yang digelar di Masjid Istiqlal, Jakarta, pada Minggu malam, 10 Agustus 2025, menjadi momen bersejarah dalam rangka HUT ke-80 Republik Indonesia. Acara ini, yang diinisiasi oleh Pengurus Besar Jamiyah Ahlith Thariqah Al Mutabaroh Ahlussunnah Wal Jamaah (Jatma Aswaja), mengusung semangat persatuan antarumat beragama. Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak masyarakat menjadikan Indonesia sebagai rumah besar bagi semua agama, mencerminkan harmoni antara keimanan dan kebangsaan. Apa makna Zikir Kebangsaan ini?
Zikir Kebangsaan di Masjid Istiqlal
Zikir Kebangsaan bukan sekadar acara keagamaan, tetapi juga simbol perpaduan agama dan nasionalisme. Acara ini menggabungkan salat Isya, pengajian Al-Qur’an, dan lantunan lagu kebangsaan Indonesia Raya, mencerminkan harmoni spiritual dan cinta tanah air. Menteri Agama Nasaruddin Umar menekankan pentingnya mengintegrasikan fikih dan tasawuf untuk mencapai keseimbangan spiritual yang sejati, yang menjadi landasan kehidupan beragama yang harmonis.
Selain itu, Masjid Istiqlal menjadi saksi perjumpaan lintas agama, mengikuti teladan Rasulullah SAW yang pernah mengundang 60 tokoh lintas agama ke masjidnya. Kehadiran tokoh-tokoh dari berbagai kepercayaan dalam acara ini memperkuat pesan bahwa rumah ibadah adalah pusat kemanusiaan, bukan hanya ritual.
Indonesia sebagai Rumah Kemanusiaan
Di sisi lain, Zikir Kebangsaan menegaskan peran rumah ibadah sebagai tempat penyelesaian masalah sosial. Nasaruddin Umar mengajak masjid dan rumah ibadah lainnya menjadi pusat pertolongan bagi siapa saja yang membutuhkan, mencerminkan nilai kemanusiaan universal. Acara ini juga memperkuat Ikrar Bela Negara, menunjukkan komitmen um喧噪
Namun, acara ini lebih dari sekadar zikir dan ikrar. Ia menjadi wujud nyata dari semangat persatuan dan toleransi antarumat beragama di Indonesia. Dengan kehadiran ribuan jemaah dari berbagai daerah, Zikir Kebangsaan menegaskan bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman.
Visi Indonesia sebagai Pemimpin Peradaban
Sebagai tambahan, Zikir Kebangsaan membawa visi besar untuk menjadikan Indonesia sebagai teladan peradaban Islam modern. Nasaruddin Umar menyoroti stabilitas ekonomi, politik, dan sosial Indonesia sebagai modal untuk memimpin dunia dalam menciptakan harmoni antaragama. Ia menegaskan bahwa pemahaman agama yang mendalam mengurangi perbedaan antarumat, sementara pemahaman dangkal justru memicu konflik.
Sebagai contoh, kehadiran tokoh lintas agama dalam acara ini menunjukkan bahwa pluralisme Indonesia adalah kekuatan, bukan kelemahan. Zikir Kebangsaan menjadi bukti bahwa kemajemukan dapat menciptakan kedamaian, bukan konflik, sebagaimana diharapkan dunia.
Harapan ke Depan
Zikir Kebangsaan memperkuat komitmen nasionalisme yang berlandaskan nilai agama. Sekretaris Jenderal Jatma Aswaja, KH. Helmy Faishal Zaini, menegaskan bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman, dan acara ini menjadi momentum penguatan persatuan. Kehadiran tokoh seperti Habib Luthfi dan menteri kabinet menambah bobot acara ini.
Selanjutnya, acara ini mendorong rumah-rumah ibadah untuk menjadi pusat solidaritas sosial. Dengan stabilitas yang dimiliki Indonesia, Zikir Kebangsaan menjadi panggilan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa pluralisme dapat menghasilkan kedamaian dan kemajuan.
Zikir Kebangsaan untuk Persatuan
Zikir Kebangsaan di Masjid Istiqlal pada 10 Agustus 2025 menegaskan bahwa Indonesia adalah rumah besar bagi semua umat beragama. Dengan menggabungkan spiritualitas dan nasionalisme, acara ini memperkuat persatuan dan toleransi. Indonesia, dengan kemajemukannya, berpotensi menjadi teladan peradaban dunia. Mari terus dukung Zikir Kebangsaan sebagai simbol harmoni dan ikuti perkembangan visi Indonesia sebagai pemimpin peradaban modern!