
Masjidku.id – Makam Sayyidah Khadijah di Makkah menjadi tempat bersejarah yang mengingatkan umat Islam pada keteguhan dan cinta istri pertama Rasulullah.
Pendahuluan
Di kota suci Makkah, terdapat sebuah tempat bersejarah yang menyimpan kisah cinta, pengorbanan, dan keimanan yang luar biasa. Tempat itu adalah Makam Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, istri pertama Nabi Muhammad ﷺ dan wanita pertama yang memeluk Islam.
Sayyidah Khadijah di kenal sebagai “Ummul Mukminin” (Ibu dari orang-orang beriman), wanita yang menemani Rasulullah di masa-masa terberat, mendukung perjuangannya, dan menjadi sumber ketenangan bagi beliau. Makamnya di Makkah menjadi salah satu lokasi yang penuh makna sejarah dan spiritual bagi umat Islam.
BACA JUGA : Masjid Quba Madinah: Masjid Pertama dalam Sejarah Islam
Riwayat Singkat Sayyidah Khadijah
Sayyidah Khadijah binti Khuwailid lahir sekitar tahun 555 Masehi dari keluarga terpandang suku Quraisy. Ia di kenal sebagai wanita bangsawan, kaya raya, cerdas, dan berakhlak mulia.
Sebelum menikah dengan Rasulullah ﷺ, Khadijah adalah seorang pebisnis sukses. Ia mempercayakan perniagaannya kepada Muhammad muda karena reputasi beliau yang jujur dan amanah. Dari interaksi inilah, Khadijah melihat keistimewaan akhlak Nabi hingga akhirnya melamar beliau untuk menjadi suaminya.
Pernikahan mereka berlangsung penuh cinta dan kesetiaan. Khadijah menjadi pendamping sejati Nabi, selalu mendukung perjuangannya sejak awal kenabian hingga akhir hayatnya.
Peran Besar Sayyidah Khadijah dalam Islam
Peran Khadijah dalam sejarah Islam sangat besar dan tak tergantikan. Dialah wanita pertama yang menyatakan keimanan setelah Nabi menerima wahyu pertama di Gua Hira.
Ketika wahyu turun untuk pertama kalinya, Rasulullah pulang dengan hati bergetar. Khadijah menyambutnya dengan penuh kasih, menenangkan beliau, dan berkata:
“Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu. Engkau selalu menyambung silaturahmi, menolong orang miskin, dan menegakkan kebenaran.”
Selain memberikan dukungan emosional, Khadijah juga mengorbankan hartanya untuk dakwah Islam. Seluruh kekayaannya di gunakan untuk menolong kaum Muslimin yang tertindas. Keteguhan imannya menjadi contoh bagi seluruh wanita muslim sepanjang masa.
Khadijah juga merupakan ibu dari beberapa anak Nabi, termasuk Sayyidah Fatimah az-Zahra, yang kelak menjadi penerus keturunan Rasulullah ﷺ.
Wafatnya Sayyidah
Sayyidah Khadijah wafat pada tahun 619 Masehi, sekitar tiga tahun sebelum hijrahnya Rasulullah ke Madinah. Tahun itu di kenal sebagai “‘Amul Huzn” (Tahun Kesedihan) karena pada tahun yang sama, Nabi juga kehilangan pamannya, Abu Thalib.
Khadijah meninggal dalam usia sekitar 65 tahun setelah mengabdikan hidupnya untuk perjuangan Islam. Wafatnya meninggalkan kesedihan mendalam bagi Rasulullah, yang sangat mencintainya. Beliau mengenang Khadijah sepanjang hidupnya, bahkan setelah menikah lagi, beliau tetap sering menyebut nama Khadijah dengan penuh cinta dan hormat.
Lokasi Makam Sayyidah Khadijah
Makam Sayyidah Khadijah terletak di Pemakaman Al-Ma’la (Jannat al-Mu’alla) di Makkah al-Mukarramah, Arab Saudi. Pemakaman ini juga di kenal sebagai tempat di makamkannya banyak tokoh penting dari kalangan keluarga Nabi dan sahabat beliau.
Lokasinya berada di sebelah utara Masjidil Haram, sekitar 1 kilometer dari Ka’bah. Banyak jamaah haji dan umrah yang menyempatkan diri untuk berziarah ke makam ini guna mengenang jasa dan keteladanan Sayyidah Khadijah.
Makam beliau di tandai dengan kesederhanaan, tanpa ornamen berlebihan. Hal ini mencerminkan kehidupan Khadijah yang meskipun kaya raya, tetap rendah hati dan penuh keikhlasan dalam beramal.
Makna Spiritual Ziarah ke Makam Sayyidah Khadijah
Ziarah ke makam Sayyidah Khadijah bukanlah ibadah wajib, tetapi menjadi sarana untuk mengenang perjuangan dan keteladanan wanita agung ini. Umat Islam datang bukan untuk meminta sesuatu darinya, melainkan untuk mendoakan dan mengambil pelajaran dari kehidupannya.
Beberapa nilai spiritual yang bisa dipetik dari ziarah ke makam ini antara lain:
- Meneladani keimanan dan keikhlasan.
Khadijah beriman tanpa ragu, bahkan ketika seluruh dunia menolak dakwah Nabi. - Mencontoh kesetiaan dan dukungan terhadap perjuangan suami.
Ia menjadi inspirasi bagi keluarga muslim untuk saling mendukung dalam kebaikan. - Menguatkan rasa syukur dan tawakal.
Dari sosok Khadijah, kita belajar bahwa harta dan kedudukan dunia hanyalah sarana untuk berbuat amal saleh. - Menghindari sikap berlebihan saat berziarah.
Umat Islam diingatkan agar ziarah dilakukan dengan niat yang lurus — mendoakan, bukan meminta kepada yang telah wafat.
Doa Ziarah untuk Sayyidah Khadijah
Ketika berziarah ke makam beliau, umat Islam dianjurkan membaca salam dan doa seperti berikut:
“Assalamu’alaikum ya Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid, semoga Allah merahmati engkau dan menempatkanmu di tempat terbaik di sisi-Nya.”
Kemudian dilanjutkan dengan doa:
“Ya Allah, ampunilah beliau, muliakan kedudukannya, dan kumpulkan kami bersamanya di surga-Mu.”
Doa sederhana ini menggambarkan rasa cinta dan hormat kita kepada sosok wanita yang menjadi tulang punggung dakwah Rasulullah.
Keteladanan Abadi Sayyidah Khadijah
Sosok Khadijah bukan hanya dikenang karena kedekatannya dengan Nabi, tetapi juga karena keteguhan imannya, kecerdasannya, dan pengorbanannya. Ia adalah contoh wanita yang memadukan kekuatan spiritual, kecerdasan bisnis, dan kelembutan hati.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda tentang Khadijah:
“Dia beriman kepadaku ketika orang lain mendustakan, dia membenarkanku ketika orang lain menolak, dan dia memberiku hartanya ketika orang lain enggan.”
Ucapan Nabi ini menunjukkan betapa besar peran Khadijah dalam perjalanan Islam. Namanya akan selalu dikenang sebagai wanita agung yang menjadi cahaya di masa awal kenabian.
Kesimpulan
Makam Sayyidah Khadijah di Makkah adalah simbol cinta, keimanan, dan pengorbanan sejati dalam Islam. Ia bukan hanya istri Nabi, tetapi juga sahabat, pendukung, dan teladan bagi seluruh umat manusia.Mengunjungi makamnya memberikan kesempatan untuk merenungi arti keteguhan hati dalam berjuang di jalan Allah. Melalui kehidupan Khadijah, kita belajar bahwa kemuliaan sejati bukan datang dari harta atau status, melainkan dari iman yang tulus dan pengabdian tanpa pamrih.