
Masjidku.id – Fathu Makkah adalah momen bersejarah dalam Islam yang menandai kemenangan Rasulullah SAW tanpa pertumpahan darah dan simbol pemaafan besar.
Pendahuluan
Dalam sejarah Islam, terdapat satu peristiwa monumental yang menjadi lambang kemenangan besar tanpa kekerasan — yaitu Fathu Makkah (Penaklukan Kota Makkah). Peristiwa ini tidak hanya menunjukkan kekuatan umat Islam pada masa Rasulullah SAW, tetapi juga menggambarkan keagungan akhlak Nabi Muhammad SAW dalam memaafkan musuh-musuhnya.
Fathu Makkah menjadi titik balik besar dalam penyebaran Islam di Jazirah Arab. Kemenangan ini bukan hanya hasil strategi militer, melainkan juga buah dari kesabaran, diplomasi, dan kasih sayang Rasulullah SAW terhadap umat manusia.
Artikel ini akan membahas secara lengkap latar belakang, jalannya peristiwa, hingga makna besar di balik Fathu Makkah yang dikenal sebagai kemenangan tanpa pertumpahan darah.
BACA JUGA : Piagam Madinah: Konstitusi Pertama di Dunia
Latar Belakang Fathu Makkah
Peristiwa Fathu Makkah terjadi pada 8 Hijriah (630 Masehi). Awalnya, hubungan antara kaum Muslimin di Madinah dan kaum Quraisy di Makkah sempat damai setelah Perjanjian Hudaibiyah yang disepakati pada tahun 6 Hijriah.
Dalam perjanjian tersebut, kedua pihak sepakat untuk tidak saling menyerang dan hidup damai selama sepuluh tahun. Namun, perdamaian itu tidak bertahan lama.
Salah satu sekutu Quraisy, yaitu Bani Bakr, menyerang sekutu Muslimin, Bani Khuza’ah, di wilayah dekat Makkah. Kaum Quraisy membantu Bani Bakr dalam serangan tersebut, yang berarti melanggar isi perjanjian Hudaibiyah.
Ketika kabar itu sampai kepada Rasulullah SAW, beliau memutuskan untuk menindaklanjuti pelanggaran tersebut dan menyiapkan pasukan untuk menuju Makkah. Namun, misi ini bukan untuk balas dendam, melainkan untuk menegakkan perdamaian dan keadilan.
Persiapan Rasulullah SAW
Rasulullah SAW dengan bijaksana menyiapkan pasukan besar tanpa menyebarkan informasi ke publik agar tidak terjadi pertumpahan darah. Jumlah pasukan Muslim mencapai 10.000 orang, gabungan dari kaum Muhajirin dan Anshar.
Beliau berdoa kepada Allah agar misi ini berjalan damai tanpa kekerasan. Rasulullah juga menegaskan kepada pasukannya:
“Janganlah kalian memerangi siapa pun kecuali jika mereka memerangi kalian.”
Ketika pasukan Islam tiba di dekat Makkah, Abu Sufyan bin Harb, pemimpin Quraisy saat itu, akhirnya menemui Rasulullah SAW. Setelah berbicara dan melihat kekuatan Islam yang begitu besar, Abu Sufyan akhirnya memeluk Islam dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.
Rasulullah SAW kemudian menjadikan Abu Sufyan sebagai pelindung bagi masyarakat Makkah, dengan menyatakan:
“Barang siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, maka ia aman. Barang siapa yang menutup pintu rumahnya, maka ia aman. Kemudian barang siapa yang berada di Masjidil Haram, maka ia aman.”
Jalannya Peristiwa Fathu Makkah
Rasulullah SAW dan pasukannya memasuki Makkah dari berbagai arah untuk menghindari konflik. Strategi ini berhasil menghindarkan kota dari pertempuran besar.
Kaum Quraisy yang selama ini memusuhi Islam terkejut dengan kedatangan pasukan Muslim. Namun, mereka tidak berdaya menghadapi kekuatan yang begitu besar.
Rasulullah SAW memasuki Kota Makkah dengan kepala menunduk rendah, tanda kerendahan hati dan rasa syukur kepada Allah SWT. Tidak ada sorak kemenangan atau kesombongan, hanya ketundukan penuh kepada Sang Pencipta.
Ketika tiba di Masjidil Haram, Rasulullah SAW langsung menuju Ka’bah dan menghancurkan berhala-berhala yang ada di sekitarnya sambil membaca ayat Al-Qur’an:
“Dan katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu pasti lenyap.”
(QS. Al-Isra: 81)
Lebih dari 360 berhala yang selama ini disembah oleh kaum musyrikin dihancurkan. Ka’bah kembali disucikan dan dijadikan pusat ibadah kepada Allah semata.
Pemaafan Rasulullah SAW
Salah satu momen paling menyentuh dari Fathu Makkah adalah pemaafan besar Rasulullah SAW terhadap orang-orang Quraisy yang pernah menyakitinya.
Beliau mengumpulkan penduduk Makkah dan bertanya:
“Wahai kaum Quraisy, menurut kalian, apa yang akan aku lakukan terhadap kalian?”
Mereka menjawab dengan penuh ketakutan:
“Engkau adalah saudara kami yang mulia, anak dari saudara kami yang mulia.”
Rasulullah SAW kemudian berkata dengan penuh kasih:
“Pergilah, kalian semua bebas. Tidak ada balas dendam hari ini.”
Kalimat ini dikenal dengan sebutan “Idzhabu fa antumuth-thulaqaa” (Pergilah, kalian bebas).
Perkataan itu menggema sebagai simbol ampunan, kasih sayang, dan kemenangan moral yang jauh lebih besar daripada kemenangan fisik.
Dampak dan Arti Penting Fathu Makkah
1. Islam Menjadi Kekuatan Utama di Jazirah Arab
Fathu Makkah menandai berakhirnya dominasi kaum musyrik Quraisy dan menjadikan Islam sebagai kekuatan utama di Semenanjung Arab.
2. Kemenangan Tanpa Pertumpahan Darah
Fathu Makkah disebut sebagai kemenangan damai, karena hampir tidak ada darah yang tertumpah. Hanya sedikit perlawanan kecil dari segelintir orang yang menolak tunduk.
3. Simbol Pemaafan dan Keadilan Islam
Rasulullah SAW menunjukkan kepada dunia bahwa Islam bukan agama kekerasan. Kemenangan sejati adalah ketika seseorang mampu menahan amarah dan memberi maaf kepada musuhnya.
4. Awal Penyebaran Islam yang Luas
Setelah peristiwa ini, banyak kabilah di seluruh Jazirah Arab yang berbondong-bondong memeluk Islam. Hal ini menjadi tonggak penyebaran Islam secara damai di wilayah Arab dan sekitarnya.
Hikmah dari Fathu Makkah
- Kesabaran dan Keteguhan Iman Membawa Kemenangan.
Rasulullah SAW bersabar selama bertahun-tahun menghadapi penolakan dan penyiksaan, namun tetap berpegang teguh pada kebenaran. - Kemenangan Sejati Adalah Pengendalian Diri.
Rasulullah tidak membalas dendam kepada musuh-musuhnya, meskipun memiliki kekuatan penuh untuk melakukannya. - Islam Mengajarkan Perdamaian.
Fathu Makkah membuktikan bahwa Islam menjujung tinggi nilai kemanusiaan dan perdamaian. - Ampunan Lebih Mulia dari Pembalasan.
Dengan memaafkan, Rasulullah SAW justru memenangkan hati orang-orang yang dulunya menentangnya.
Kesimpulan
Fathu Makkah adalah salah satu peristiwa paling agung dalam sejarah Islam. Bukan karena kekuatan militer, melainkan karena akhlak mulia dan kasih sayang Rasulullah SAW yang menjadi kunci kemenangan sejati.
Kemenangan tanpa pertumpahan darah ini menjadi teladan bahwa dalam Islam, kekuatan bukan hanya diukur dari senjata, tetapi dari kemampuan menebarkan kedamaian, memaafkan, dan mengutamakan keadilan.Melalui peristiwa ini, umat Islam diajarkan bahwa jalan menuju kemenangan sejati adalah kesabaran, keikhlasan, dan ketulusan hati dalam menegakkan kebenaran.
Fathu Makkah bukan sekadar penaklukan kota, tetapi penaklukan hati dan jiwa manusia menuju cahaya Islam yang damai dan penuh rahmat.