
Masjidku.id – Makam Salahuddin Al Ayyubi di Damaskus menjadi simbol kejayaan, keberanian, dan warisan sejarah Islam yang abadi.
Pendahuluan
Di jantung Kota Tua Damaskus, Suriah, berdiri sebuah tempat yang penuh makna sejarah dan spiritualitas tinggi — Makam Salahuddin Al Ayyubi. Sosok yang dikenal sebagai pahlawan Islam dan penakluk Yerusalem ini telah menjadi legenda, tidak hanya di dunia Islam, tetapi juga di kalangan sejarah dunia.
Makamnya yang sederhana, namun sarat makna, menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang seorang pemimpin yang dikenal karena kebijaksanaan, keberanian, dan kemurahan hatinya. Hingga kini, ribuan peziarah dari berbagai negara datang ke Damaskus untuk menelusuri jejak sang penakluk yang mempersatukan dunia Islam di bawah panji keadilan.
BACA JUGA : Sejarah Lahirnya Islam di Mekkah
Siapa Salahuddin Al Ayyubi?
Sebelum membahas makamnya, penting mengenal siapa Salahuddin Al Ayyubi atau Shalah ad-Din Yusuf ibn Ayyub. Ia lahir pada tahun 1137 M di Tikrit, wilayah Irak modern. Salahuddin berasal dari keluarga Kurdi dan tumbuh dalam lingkungan yang menjunjung tinggi ilmu dan agama.
Sebagai pemimpin, Salahuddin dikenal sebagai panglima perang yang saleh dan penuh kasih, meski terhadap musuh sekalipun. Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyah, yang berkuasa di Mesir, Suriah, Yaman, dan sebagian wilayah Hijaz.
Namun, namanya menjadi abadi dalam sejarah karena keberhasilannya merebut Yerusalem dari pasukan Salib pada tahun 1187 M setelah pertempuran Hattin. Ia tidak hanya dikenal karena kemenangan militernya, tetapi juga karena sikap kemanusiaannya — memberi ampun kepada ribuan tawanan dan menjaga tempat-tempat suci dengan hormat.
Lokasi Makam Salahuddin Al Ayyubi
Makam Salahuddin Al Ayyubi terletak di kompleks Masjid Agung Umayyah (Umayyad Mosque), salah satu masjid tertua dan paling megah di dunia Islam, di pusat Kota Damaskus, Suriah.
Lokasi ini bukan kebetulan. Salahuddin sangat mencintai Damaskus dan menjadikannya sebagai ibu kota kekuasaannya setelah berhasil menyatukan Mesir dan Suriah. Ia wafat di kota ini pada tahun 1193 M (589 H), pada usia sekitar 55 tahun.
Masjid Umayyah sendiri merupakan simbol kejayaan peradaban Islam klasik. Di dalam kompleksnya, terdapat area kecil yang dikelilingi taman hijau tempat berdirinya makam marmer putih Salahuddin, berdampingan dengan makam simbolis lainnya yang dibangun oleh penguasa Ottoman di abad ke-19.
Desain dan Arsitektur Makam Salahuddin Al Ayyubi
Makam Salahuddin mencerminkan kepribadian sang tokoh: sederhana namun agung. Terdapat dua peti makam (cenotaph) di dalam ruangan kecil.
- Peti pertama terbuat dari kayu jati berukir halus, di yakini sebagai makam asli tempat jasad Salahuddin di makamkan.
- Peti kedua terbuat dari marmer putih, yang di bangun kemudian oleh Sultan Abdul Hamid II dari Kekaisaran Ottoman pada abad ke-19 sebagai bentuk penghormatan kepada sang pahlawan.
Atap ruangan di hiasi dengan kaligrafi Arab klasik, sementara dindingnya di penuhi dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang menggambarkan kemuliaan dan pengabdian Salahuddin kepada Islam.
Tidak ada kemewahan berlebihan di tempat ini. Justru kesederhanaan dan ketenangan yang terpancar menjadi simbol kerendahan hati seorang pemimpin besar yang semasa hidupnya menolak kekayaan pribadi demi kepentingan umat.
Makna Spiritual dan Historis
Makam Salahuddin bukan hanya tempat ziarah, tetapi juga simbol persatuan dan kehormatan dalam sejarah Islam. Banyak pengunjung datang untuk mengenang nilai-nilai perjuangan Salahuddin — keadilan, kesetiaan, dan keberanian melawan penindasan.
Peziarah dari berbagai negara, termasuk Turki, Mesir, Palestina, hingga Indonesia, datang untuk berdoa dan merenungkan perjuangannya. Bagi banyak umat Islam, tempat ini mengingatkan bahwa kejayaan tidak hanya di ukur dari kekuatan militer. Tetapi juga moral dan keadilan yang di tegakkan oleh pemimpin.
Selain itu, bagi bangsa Suriah, makam ini merupakan warisan budaya nasional yang mencerminkan hubungan kuat antara sejarah lokal dan peradaban Islam dunia.
Kisah Setelah Wafat
Setelah wafatnya pada tahun 1193 M, Salahuddin meninggalkan warisan luar biasa. Meski ia menguasai wilayah luas, tidak ada kekayaan besar yang tersisa dalam kas pribadinya. Sejarawan mencatat bahwa seluruh hartanya telah ia gunakan untuk amal, jihad, dan kesejahteraan rakyat.
Bahkan di kisahkan, ketika ia meninggal dunia, tidak cukup uang untuk biaya pemakamannya. Sehingga para sahabatnya harus mengumpulkan dana untuk mengurus jenazahnya. Hal ini menunjukkan betapa rendah hatinya sosok Salahuddin, seorang penguasa besar yang hidup dengan sederhana.
Warisan dan Pengaruh di Dunia Modern
Salahuddin Al Ayyubi hingga kini menjadi simbol pemimpin ideal dalam Islam. Keberaniannya menghadapi tentara Salib, kebijaksanaannya dalam berpolitik, serta rasa kemanusiaannya menjadikannya teladan bagi banyak generasi.
Bahkan di dunia Barat, banyak sejarawan memuji karakter Salahuddin. Ia di gambarkan sebagai “the noble enemy” musuh yang mulia. Dalam banyak literatur Eropa, namanya di sebut dengan rasa hormat karena sikapnya yang adil terhadap musuh-musuhnya setelah merebut Yerusalem.
Kini, makamnya di Damaskus menjadi salah satu destinasi sejarah paling penting di Timur Tengah. Selain sebagai tempat spiritual, lokasi ini juga sering di kunjungi oleh wisatawan, akademisi, dan sejarawan yang ingin memahami lebih dalam sosok Salahuddin dan perannya dalam membentuk sejarah dunia Islam.
Kesimpulan
Makam Salahuddin Al Ayyubi di Damaskus bukan sekadar tempat peristirahatan terakhir seorang pahlawan, tetapi juga monumen moralitas, keadilan, dan kebijaksanaan. Kesederhanaan makamnya justru menjadi refleksi dari kebesaran jiwanya pemimpin yang menaklukkan kota suci tanpa kekerasan dan menebar kasih kepada semua umat manusia. Warisan Salahuddin terus hidup dalam hati umat Islam sebagai inspirasi kepemimpinan yang penuh keberanian, kebijaksanaan, dan kerendahan hati. Dan setiap kali seseorang berdiri di depan makamnya di Damaskus, mereka tidak hanya mengingat sejarah, tetapi juga semangat kemanusiaan yang abadi dari seorang penakluk sejati.