Masjidku.id – Yajuj dan Majuj sering diartikan sebagai “yang tidak dapat dipisahkan” atau “yang melanggar batas”, menggambarkan karakter mereka yang agresif dan merusak.
Fenomena Yajuj dan Majuj menjadi salah satu topic menarik dalam kajian tafsir Al-Qur’an dan Hadits. Karakteristik serta eksistensi dua suku ini sering kali menjadi perdebatan di kalangan ulama. Baik yang berasal dari tradisi klasik maupun kontemporer. Dalam konteks ini, penting untuk menggali lebih dalam apa yang sebenarnya di maksud dengan Ya’juj dan Ma’juj. Serta bagaimana penafsiran yang berbeda mengungkapkan berbagai dimensi makna dari dua istilah ini.
BACA JUGA : Gowes Bahagia: Merayakan Hari Pahlawan dengan Semangat
Pengertian dan Asal-usul Yajuj Majuj
Dalam Al-Qur’an, Ya’juj dan Ma’juj di sebutkan dalam Surah Al-Kahf ayat 94-98. Yang menggambarkan bagaimana mereka adalah makhluk yang terkurung di balik tembok besar yang di bangun oleh Dhul-Qarnayn. Dari segi linguistik, istilah Ya’juj dan Ma’juj sering diartikan sebagai “yang tidak dapat dipisahkan” atau “yang melanggar batas”, menggambarkan karakter mereka yang agresif dan merusak. Sebagian ulama berpendapat bahwa Ya’juj Ma’juj merupakan simbol untuk menggambarkan kekacauan dan kerusakan yang ditimbulkan oleh kekuatan destruktif manusia.
Pandangan Ulama Klasik
Ulama klasik seperti Ibn Kathir dan Al-Tabari memberikan penjelasan yang cenderung literal mengenai Yajuj dan Majuj. Mereka berupaya menggambarkan Ya’juj dan Ma’juj sebagai dua suku yang secara fisik ada di bumi, dengan karakteristik yang sangat khas. Dalam pandangan mereka, kedua suku ini merupakan manifestasi dari kegelapan moral dan kerusakan yang akan terjadi menjelang kiamat. Al-Tabari, dalam tafsirnya, bahkan menyebutkan bahwa mereka akan keluar dari tempat persembunyian mereka dan menyebabkan kerusakan besar di bumi.
Pandangan Ulama Kontemporer
Sementara itu, ulama kontemporer cenderung mengambil pendekatan hermeneutik dalam memahami Yajuj dan Majuj. Misalnya, para pemikir modern seperti Muhammad Asad menyarankan agar Ya’juj dan Ma’juj di pahami sebagai simbolik. Merepresentasikan kekuatan yang merusak dalam kehidupan manusia, seperti ideologi dan sistem yang menghancurkan moralitas. Dalam konteks ini, mereka bukan sekadar suku yang akan muncul di akhir zaman, tetapi sebagai representasi dari berbagai ancaman yang ada dalam masyarakat saat ini. Seperti peperangan, korupsi, dan penindasan.
Perdebatan Yajuj Majuj di Kalangan Ulama
Perdebatan mengenai makna Ya’juj dan Ma’juj ini mencerminkan perbedaan metodologi dalam penafsiran teks suci. Para ulama klasik cenderung memegang teguh pada teks literal dan sejarah, sementara ulama kontemporer melihat lebih dalam pada aspek filosofis dan simbolik yang dapat di terapkan dalam konteks modern. Perbedaan ini menjadi penting. Sebab menghasilkan pemahaman yang lebih luas tentang bagaimana ajaran agama dapat di adaptasi dengan kondisi saat ini tanpa kehilangan esensinya.
Relevansi Yajuj Majuj di Zaman Modern
Dalam konteks abad ke-21, pemahaman terhadap Ya’juj dan Ma’juj berpotensi menciptakan kesadaran akan berbagai tantangan yang di hadapi umat manusia. Di tengah banyaknya masalah sosial, politik, dan lingkungan, fenomena ini dapat menjadi pengingat akan perlunya kesadaran kolektif untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Dengan memahami Yajuj dan Majuj dalam dimensi yang lebih luas dan simbolis, masyarakat di ingatkan untuk berhati-hati terhadap ide-ide yang dapat menghancurkan.
Kesimpulan
Melihat Yajuj dan Majuj dari berbagai perspektif ulama membuka ruang bagi diskusi yang lebih dalam tentang eksistensi spiritual dan moral umat manusia. Baik melalui pendekatan literal maupun simbolik, makna Yajuj dan Majuj dapat di jadikan sebagai cermin bagi tantangan dan peluang yang ada. Keduanya, dalam konteks apapun, mengajak kita untuk memahami pentingnya menjaga keutuhan dan moralitas dalam masyarakat, serta bersikap waspada terhadap ancaman yang dapat membawa kerusakan. Dengan demikian, pengkajian tentang Yajuj dan Majuj bukan semata terkait rujukan masa lalu, melainkan juga relevansi yang mendayu-dayu dalam menghadapi tantangan di masa kini dan masa depan.
