
Masjidku.id – Menelusuri sejarah masjid dan peran pentingnya pada masa Kerajaan Islam Ternate dan Tidore sebagai pusat dakwah dan kebudayaan Islam di Maluku.
Pendahuluan
Kepulauan Maluku dikenal sebagai “Kepulauan Rempah”, tetapi di balik kekayaan alamnya, wilayah ini juga menyimpan sejarah panjang penyebaran Islam di Nusantara.
Dua kerajaan besar di kawasan itu — Kerajaan Ternate dan Tidore — menjadi pusat peradaban Islam di Indonesia Timur.
Salah satu peninggalan paling penting dari masa kejayaan kedua kerajaan tersebut adalah masjid-masjid kuno yang bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat pendidikan, pemerintahan, dan diplomasi.
Masjid pada masa itu memainkan peran besar dalam memperkuat identitas Islam dan menjadi simbol kekuasaan serta kemakmuran kerajaan.
Islamisasi di Maluku dan Lahirnya Masjid Kerajaan
Islam mulai masuk ke Maluku sekitar abad ke-13 hingga 14 melalui para pedagang Arab, Gujarat, dan Aceh yang datang untuk berdagang rempah-rempah.
Perdagangan menjadi jembatan bagi penyebaran agama Islam, dan ajaran ini kemudian diterima oleh para raja lokal yang melihat Islam bukan hanya sebagai agama, tetapi juga sebagai sistem sosial dan politik yang kuat.
Ketika para sultan Ternate dan Tidore memeluk Islam, mereka mulai membangun masjid-masjid kerajaan sebagai simbol resmi kekuasaan Islam di wilayah tersebut.
Masjid-masjid ini tidak sekadar tempat ibadah, melainkan pusat kegiatan pemerintahan, tempat musyawarah, serta lembaga pendidikan Islam.
BACA JUGA : Masjid Hassan II Maroko dengan Menara Tertinggi di
Masjid Sultan Ternate: Simbol Kejayaan Islam di Maluku Utara
Masjid Sultan Ternate, atau di kenal juga sebagai Masjid Kesultanan Ternate, merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia Timur.
Kemudian Masjid ini di bangun pada abad ke-17, pada masa pemerintahan Sultan Hamzah (1627–1648), dan hingga kini masih berdiri megah di Kelurahan Soa Sio, Ternate Utara.
Ciri Khas Arsitektur Masjid Sultan Ternate
Masjid ini memiliki arsitektur tradisional Maluku yang berpadu dengan pengaruh Islam dan lokal.
Atapnya berbentuk limas berundak lima, melambangkan rukun Islam. Dan juga di sangga oleh tiang kayu ulin tanpa paku, hanya menggunakan pasak kayu.
Dinding nya terbuat dari papan tebal, sedangkan mimbar dan mihrab di hiasi ukiran khas Ternate.
Menariknya, masjid ini tidak memiliki kubah seperti masjid modern. Melainkan atap tumpang bertingkat yang mencerminkan perpaduan budaya lokal dan nilai Islam.
Fungsi Sosial dan Politik
Masjid Sultan Ternate tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga tempat di laksanakannya upacara kerajaan dan penobatan sultan.
Setiap kali sultan naik tahta, ia akan di sumpah dan di lantik di masjid ini. Dengan di saksikan para ulama dan rakyat, menandakan legitimasi kekuasaan yang diakui secara agama.
Selain itu, masjid juga menjadi pusat dakwah dan pendidikan Islam, di mana para ulama mengajarkan Al-Qur’an dan fiqih kepada masyarakat.
Tradisi ini masih berlanjut hingga kini, terutama setiap bulan Ramadan dan Maulid Nabi.
Masjid Sultan Tidore: Lambang Persaudaraan Islam di Maluku
Tidak kalah bersejarah, Masjid Sultan Tidore juga menjadi salah satu peninggalan penting pada masa Kesultanan Tidore. Yang juga merupakan kerajaan Islam tertua di Maluku setelah Ternate.
Masjid ini di bangun sekitar abad ke-16 pada masa pemerintahan Sultan Mansur (1512–1526). Sultan pertama yang memeluk Islam di Tidore.
Masjid ini berdiri megah di Soasio, Kota Tidore Kepulauan. Di lereng Gunung Kie Matubu, di kelilingi panorama alam yang indah.
Arsitektur dan Nilai Filosofis
Masjid Sultan Tidore memiliki bentuk serupa dengan Masjid Ternat. Yakni atap limas berundak yang disangga tiang kayu.
Bangunannya sederhana tetapi sarat makna, melambangkan kerendahan hati dan kesucian dalam beribadah.
Masjid ini juga menjadi tempat diselenggarakannya upacara adat keagamaan Kesultanan Tidore, termasuk tradisi Kololi Kie, yakni ritual tahunan untuk menyucikan diri dan mempererat hubungan rakyat dengan sultan.
Peran Strategis Masjid Tidore
Masjid ini berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan syiar Islam.
Dari sinilah para ulama dan sultan mengatur strategi politik dan perdagangan, termasuk hubungan diplomatik dengan kerajaan lain dan bangsa Eropa seperti Portugis dan Spanyol.
Masjid Sultan Tidore menjadi simbol perlawanan dan persaudaraan Islam di tengah tekanan kolonialisme Eropa pada abad ke-16 dan 17.
Peran Masjid dalam Kehidupan Masyarakat Ternate dan Tidore
Masjid pada masa Kerajaan Islam Ternate dan Tidore memiliki fungsi multidimensional.
Selain menjadi tempat ibadah, masjid juga berperan dalam bidang:
- Pendidikan dan Dakwah
Masjid menjadi tempat belajar membaca Al-Qur’an, menulis Arab, dan memahami hukum Islam. Ulama kerajaan seperti Syekh Mansur dan Syekh Zainal Abidin berperan besar dalam pendidikan masyarakat. - Pemerintahan dan Hukum Islam
Banyak kebijakan kerajaan dibahas dan disahkan di masjid. Sultan memimpin musyawarah dengan para imam dan qadhi (hakim Islam) sebelum mengeluarkan keputusan hukum. - Persatuan Sosial dan Budaya
Masjid menjadi pusat kegiatan sosial seperti gotong royong, peringatan hari besar Islam, dan pelatihan bela diri tradisional untuk menjaga keamanan kerajaan. - Simbol Identitas Islam Maluku
Masjid menjadi lambang identitas dan persatuan umat Islam Maluku yang menyatukan nilai agama, adat, dan tradisi dalam satu kesatuan harmonis.
Masjid Sebagai Warisan Peradaban Islam di Maluku
Masjid-masjid di masa kerajaan Ternate dan Tidore merupakan warisan peradaban Islam yang luar biasa.
Meski telah berusia ratusan tahun, bangunan-bangunan tersebut masih berdiri kokoh dan menjadi bukti nyata bahwa Islam telah berakar kuat di wilayah timur Indonesia.
Hingga kini, masyarakat Ternate dan Tidore masih menjaga tradisi lama — seperti salat berjamaah, khataman Al-Qur’an, dan Maulid Nabi — yang dilaksanakan di masjid-masjid kuno peninggalan kerajaan.
Masjid juga menjadi bukti harmoni antara Islam dan budaya lokal, di mana nilai spiritual berpadu dengan kearifan adat setempat.
Kesimpulan
Masjid pada masa Kerajaan Islam Ternate dan Tidore bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga pusat peradaban, pendidikan, dan pemerintahan.
Melalui masjid, ajaran Islam berkembang pesat di Maluku dan menjadi dasar pembentukan tatanan sosial yang adil dan beradab.Masjid Sultan Ternate dan Masjid Sultan Tidore hingga kini menjadi saksi sejarah keemasan Islam di Indonesia Timur.
Keberadaannya mengingatkan kita bahwa di balik kesederhanaan arsitektur, tersimpan kekuatan spiritual dan budaya Islam yang menjadi warisan abadi bagi generasi bangsa. 🌙🕌