Masjidku.id – Gus Dur, yang menjabat sebagai Presiden Ke-4 Republik Indonesia, dikenal sebagai sosok yang visioner dan toleran.
Di tengah perjalanan sejarah bangsa Indonesia, sosok KH Abdurrahman Wahid, lebih dikenal sebagai Gus-Dur, tetap bersinar terang. Pada 11 November 2025, istri beliau, Nyai Sinta Nuriyah Wahid, melakukan ziarah ke makam suaminya di Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Kunjungan ini bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga ungkapan rasa syukur atas penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Gus-Dur oleh Presiden Prabowo Subianto. Melalui acara ini, Nyai Sinta berharap perjuangan Gus-Dur dapat menebarkan inspirasi dan semangat kepada generasi penerus.
BACA JUGA : Investigasi Ledakan Delhi: Kecelakaan Berbahaya atau Teroris?
Pengakuan atas Perjuangan Gus-Dur
Gus-Dur, yang menjabat sebagai Presiden Ke-4 Republik Indonesia, dikenal sebagai sosok yang visioner dan toleran. Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional ini merupakan pengakuan atas dedikasinya dalam memperjuangkan demokrasi, hak asasi manusia, dan keberagaman di Indonesia. Dalam ziarah tersebut, Nyai Sinta menyampaikan ungkapan syukur dari segenap keluarga atas penghormatan ini. Dengan penuh kerendahan hati, mereka mengapresiasi setiap usaha yang telah di lakukan untuk memperjuangkan nilai-nilai yang di perjuangkan Gus-Dur semasa hidupnya.
Ziarah sebagai Tradisi Spiritual
Ziarah ke makam adalah salah satu tradisi yang kental dalam budaya Indonesia. Ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan kepada mereka yang telah mendahului kita. Nyai Sinta, yang di dampingi oleh putrinya, Zannuba Arifah Chafsoh (Mbak Yenny), melakukan ziarah ini dengan penuh haru. Mereka mengenang berbagai aspek kehidupannya dan nilai-nilai yang Gus-Dur tanamkan, yang senantiasa relevan dengan kondisi saat ini, terutama dalam konteks persatuan dan keberagaman bangsa.
Pentingnya Melekatkan Nilai-nilai Gus Dur
Saat ini, tantangan yang di hadapi bangsa Indonesia semakin kompleks. Dari intoleransi hingga ketidakadilan sosial, pesan-pesan Gus-Dur tentang toleransi dan keadilan harus terus di gemakan. Nyai Sinta menekankan pentingnya generasi muda untuk menjadikan perjuangan Gus-Dur sebagai inspirasi dalam menghadapi tantangan ini. Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang di perjuangkan Gus Dur, generasi penerus di harapkan dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis.
Peran Perempuan dalam Mewariskan Nilai-nilai Gus Dur
Sosok Nyai Sinta juga menjadi gambaran penting mengenai peran perempuan dalam menjaga warisan nilai-nilai yang telah di tanamkan Gus Dur. Sebagai istri dan pendukung setia, Nyai Sinta berperan aktif dalam menyebarkan pikiran-pikiran dan ajaran Gus Dur, terutama dalam konteks keagamaan dan sosial. Kehadiran Mbak Yenny di sampingnya menandakan bahwa perjuangan Gus Dur akan terus di lanjutkan oleh generasi perempuan, yang harus di berdayakan untuk terlibat aktif dalam perubahan sosial.
Mendorong Dialog dan Kerjasama antar Generasi
Dialog antar generasi menjadi hal yang krusial untuk memastikan nilai-nilai Gus Dur tidak di lupakan. Melalui pembelajaran dan diskusi, generasi muda dapat memahami konteks dan makna dari ajaran Gus Dur. Nyai Sinta berharap ada lebih banyak inisiatif yang mengedepankan kerjasama antara generasi yang lebih tua dan yang lebih muda. Dengan cara ini, seperti yang di harapkan oleh Gus Dur, keadilan dan demokrasi bisa terwujud secara nyata dalam masyarakat.
Kesimpulan: Melanjutkan Perjuangan Gus Dur
Melihat perjalanan ziarah yang di lakukan oleh Nyai Sinta dan Mbak Yenny, kita di ingatkan akan pentingnya menghargai jasa-jasa para pendahulu bangsa, khususnya Gus Dur. Gelar Pahlawan Nasional yang di berikan tidak semata-mata menjadi penghargaan, tetapi harus di artikan sebagai tantangan bagi kita semua untuk melanjutkan perjuangan beliau. Dengan membekali diri dengan ajaran dan nilai-nilai Gus Dur, generasi penerus di harapkan mampu menjalani misi luhur untuk menciptakan Indonesia yang damai, adil, dan beragam. Semoga semangat Gus Dur terus mengalir dalam setiap langkah kita sebagai bangsa.
