Masjidku.id – Makam Al-Ghazali di Tus, Iran menjadi saksi sejarah kehidupan ulama besar Islam dan warisan keilmuannya yang abadi sepanjang masa.
Pendahuluan
Dalam sejarah peradaban Islam, nama Imam Al-Ghazali dikenal sebagai salah satu pemikir dan ulama paling berpengaruh sepanjang masa. Dikenal dengan gelar Hujjatul Islam atau “Pembela Islam”, Al-Ghazali meninggalkan warisan ilmu yang luar biasa dalam bidang filsafat, teologi, hukum, dan tasawuf.
Di kota kelahirannya, Tus, yang kini berada di wilayah Iran modern, berdiri sebuah tempat suci yang menjadi saksi bisu perjalanan hidupnya — Makam Al-Ghazali. Tempat ini bukan hanya sekadar lokasi peristirahatan terakhir seorang ilmuwan besar, tetapi juga simbol penghormatan terhadap kejayaan ilmu pengetahuan dan spiritualitas Islam di masa lalu.
BACA JUGA : Masjid Keraton Yogyakarta: Perpaduan Jawa-Islam
Kehidupan Singkat Al-Ghazali
Nama lengkap Al-Ghazali adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafi’i, lahir di kota Tus pada tahun 1058 Masehi (450 H), di kawasan Khorasan, Persia (Iran modern). Sejak muda, ia di kenal sebagai pelajar yang cerdas dan haus ilmu.
Ia menimba pengetahuan di berbagai bidang seperti fikih, logika, filsafat, dan tasawuf. Setelah belajar di bawah bimbingan Imam Al-Juwaini di Naisabur, Al-Ghazali menjadi salah satu cendekiawan paling terkemuka di masanya.
Namanya semakin terkenal ketika ia di angkat sebagai guru besar di Madrasah Nizamiyyah, Baghdad, salah satu universitas terkemuka pada masa Dinasti Abbasiyah. Namun di puncak kejayaannya, Al-Ghazali mengalami krisis spiritual yang mendalam dan akhirnya meninggalkan karier akademiknya untuk mencari makna sejati kehidupan melalui jalan tasawuf.
Pencariannya melahirkan karya monumental seperti Ihya’ Ulumuddin (Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama), yang hingga kini menjadi rujukan utama dalam studi keislaman.
Perjalanan Menuju Akhir Hayat di Tus
Setelah bertahun-tahun mengembara dalam perjalanan spiritualnya, Al-Ghazali kembali ke kampung halamannya di Tus, sekitar tahun 1106 M. Di sana, ia mendirikan madrasah kecil dan menghabiskan sisa hidupnya untuk mengajar, menulis, dan beribadah.
Ia wafat pada tahun 1111 Masehi (505 H) dan di makamkan di dekat rumahnya di Tus. Seiring waktu, makamnya menjadi tempat ziarah bagi para pencinta ilmu dan pengagum karya-karyanya. Banyak ulama, pelajar, dan peneliti dari berbagai negara datang untuk mengenang dan meneladani sosok besar yang pengaruhnya melampaui batas waktu dan wilayah.
Lokasi dan Kondisi Makam Al-Ghazali di Tus, Iran
Makam Al-Ghazali terletak di kawasan bersejarah Tus, sekitar 25 kilometer dari kota Mashhad, Iran. Kota ini juga merupakan tempat kelahiran beberapa tokoh penting dunia Islam, termasuk penyair legendaris Ferdowsi, penulis Shahnameh.
Makam Al-Ghazali berada di area yang sederhana namun sarat nilai spiritual. Di sekitar makam terdapat taman dan reruntuhan bangunan kuno yang di duga bagian dari madrasah yang dulu di diri kan olehnya.
Pemerintah Iran telah melakukan beberapa kali renovasi dan pemugaran, terutama sejak abad ke-20, untuk menjaga keutuhan situs sejarah ini. Kini, tempat tersebut telah menjadi destinasi wisata religi dan intelektual, di kunjungi oleh akademisi, pelajar, dan peziarah dari berbagai belahan dunia.
Arsitektur dan Nuansa Spiritual Makam
Meskipun tidak semegah mausoleum para raja, Makam Al-Ghazali justru memancarkan kesederhanaan yang mencerminkan kehidupan sang ulama. Bangunannya terbuat dari batu bata dan di hiasi dengan ukiran kaligrafi Persia-Islam yang indah.
Ciri khas makam ini antara lain:
- Kubus Batu Bata dan Lengkungan Islami
Struktur utamanya berbentuk kubus dengan atap melengkung yang melambangkan keseimbangan dan ketenangan spiritual. - Ornamen Kaligrafi dan Doa.
Dinding makam dihiasi kaligrafi Arab berisi doa dan pujian kepada Allah SWT, mencerminkan ajaran tasawuf yang mendalam dari Al-Ghazali. - Taman dan Jalur Ziarah
Area sekitar makam dibuat menyerupai taman damai, dengan pepohonan rindang dan jalan setapak bagi peziarah. Suasananya tenang, cocok untuk merenung dan berdoa.
Nuansa di sekitar makam terasa hening dan penuh kedamaian. Hal ini seolah mengingatkan pengunjung pada ajaran Al-Ghazali tentang pentingnya menyatukan ilmu dan iman dalam kehidupan.
Warisan Ilmu Al-Ghazali bagi Dunia
Hingga kini, karya-karya Al-Ghazali tetap menjadi rujukan utama dalam berbagai bidang. Pemikirannya berhasil menjembatani antara filsafat dan teologi, antara akal dan wahyu, antara ilmu pengetahuan dan spiritualitas.
Beberapa karyanya yang paling berpengaruh antara lain:
- Ihya’ Ulumuddin, karya agung tentang akhlak, ibadah, dan spiritualitas.
- Tahafut al-Falasifah (Kerancuan Para Filsuf), kritik terhadap filsafat Yunani yang mengguncang dunia pemikiran Islam dan Barat.
- Al-Munqidz min adl-Dlalal (Penyelamat dari Kesesatan), karya autobiografi yang menggambarkan perjalanan spiritualnya.
Pemikiran Al-Ghazali tidak hanya menginspirasi umat Islam, tetapi juga mempengaruhi pemikir Barat, seperti Thomas Aquinas dan Roger Bacon. Inilah mengapa ia dianggap sebagai salah satu tokoh paling penting dalam sejarah intelektual dunia.
Makna Ziarah ke Makam Al-Ghazali
Bagi banyak umat Islam, berziarah ke makam Al-Ghazali bukan hanya bentuk penghormatan terhadap ulama besar, tetapi juga refleksi atas perjuangan intelektual dan spiritual manusia dalam mencari kebenaran.
Makam ini mengingatkan kita bahwa ilmu dan iman harus berjalan beriringan. Sebagaimana pesan Al-Ghazali, “Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, dan amal tanpa ilmu adalah kesesatan.”
Ketenangan di makamnya menjadi simbol ketenangan jiwa seorang pencari Tuhan sejati yang akhirnya menemukan kedamaian abadi di sisi-Nya.
Kesimpulan
Makam Al-Ghazali di Tus, Iran adalah simbol keagungan ilmu dan spiritualitas Islam. Dari tempat inilah, warisan pemikiran seorang ulama besar terus hidup dan memberi inspirasi bagi dunia hingga kini.
Kesederhanaan makamnya justru menjadi pengingat bahwa kebesaran sejati bukan terletak pada kemegahan duniawi, melainkan pada jejak ilmu dan amal yang bermanfaat bagi umat manusia.
Bagi siapa pun yang mencintai ilmu dan kebenaran, berziarah ke makam Al-Ghazali di Tus adalah perjalanan batin yang sarat makna — menyelami jejak sang Hujjatul Islam, yang ilmunya abadi sepanjang masa.
