Masjidku.id – Makam Khalid bin Walid di Homs, Suriah, menjadi saksi keagungan sang “Pedang Allah” yang dikenal karena keberanian dan kejeniusannya dalam medan perang.
Pendahuluan
Dalam sejarah Islam, nama Khalid bin Walid dikenal sebagai simbol keberanian, kecerdasan militer, dan keteguhan iman. Rasulullah SAW sendiri memberinya gelar “Saifullah al-Maslul” — Pedang Allah yang terhunus, karena kehebatannya dalam peperangan dan kesetiaannya terhadap Islam.
Hingga kini, makam Khalid bin Walid di kota Homs, Suriah, menjadi tempat bersejarah yang dikunjungi banyak peziarah. Tidak hanya sebagai makam seorang panglima besar, tetapi juga sebagai simbol perjuangan, keberanian, dan keikhlasan dalam membela agama Allah.
BACA JUGA : Fathu Makkah: Kemenangan Tanpa Pertumpahan Darah
Siapa Khalid bin Walid?
Khalid bin Walid lahir sekitar 592 Masehi di Makkah dari keluarga Bani Makhzum, salah satu kabilah terhormat Quraisy. Sebelum masuk Islam, Khalid di kenal sebagai sosok ksatria yang tangguh dan ahli strategi perang bahkan di masa jahiliyah.
Awalnya, ia berada di pihak Quraisy yang memusuhi Rasulullah SAW. Ia bahkan turut berperang melawan umat Islam dalam Perang Uhud, di mana pasukan Muslim sempat mengalami kekalahan taktis akibat strategi jitu Khalid. Namun, setelah peristiwa tersebut dan melalui berbagai pertimbangan spiritual, Khalid akhirnya memeluk Islam pada tahun 8 Hijriah (629 Masehi).
Keputusan ini menjadi titik balik besar dalam hidupnya — dari musuh Islam, ia bertransformasi menjadi pahlawan Islam terhebat sepanjang sejarah.
Gelar “Pedang Allah yang Terhunus”
Setelah masuk Islam, Khalid segera menunjukkan kesetiaannya kepada Rasulullah SAW. Dalam setiap pertempuran, ia di kenal tidak pernah kalah, bahkan ketika jumlah pasukannya jauh lebih sedikit daripada lawan.
Rasulullah SAW memberinya gelar “Saifullah al-Maslul” (Pedang Allah yang Terhunus) setelah Perang Mu’tah — salah satu pertempuran terbesar yang di hadapi kaum Muslimin melawan pasukan Romawi Bizantium.
Ketika tiga panglima sebelumnya gugur di medan perang, Khalid bin Waleed mengambil alih komando dan berhasil menyelamatkan pasukan Islam dari kehancuran. Strateginya yang luar biasa membuat pasukan Romawi terperdaya, dan Rasulullah SAW memujinya atas kecerdasannya.
Kiprah Militer yang Legendaris
Khalid bin Walid bukan sekadar seorang prajurit pemberani, melainkan ahli strategi perang paling brilian dalam sejarah Islam. Ia memimpin lebih dari 100 pertempuran besar dan kecil tanpa pernah mengalami kekalahan berarti.
1. Perang Mu’tah (629 M)
Khalid berhasil mengatur siasat mundur teratur dari kepungan besar pasukan Romawi Bizantium yang jumlahnya puluhan kali lipat lebih besar. Strategi ini menyelamatkan ribuan pasukan Muslim dari kehancuran total.
2. Penaklukan Makkah (630 M)
Khalid menjadi salah satu komandan utama dalam pasukan Rasulullah SAW saat menaklukkan Makkah tanpa pertumpahan darah — sebuah kemenangan besar dalam sejarah Islam.
3. Perang Yarmuk (636 M)
Inilah salah satu pertempuran paling monumental dalam kariernya. Khalid memimpin pasukan Islam menghadapi lebih dari 200.000 tentara Romawi, dan berhasil meraih kemenangan besar. Pertempuran Yarmuk membuka jalan bagi penaklukan Suriah dan Palestina, memperluas wilayah Islam hingga ke jantung Bizantium.
4. Penaklukan Irak dan Damaskus
Di bawah kepemimpinannya, pasukan Islam menaklukkan kota-kota besar di Irak dan Suriah, termasuk Damaskus, menjadikan kawasan tersebut pusat peradaban Islam pada masa berikutnya.
Kepribadian dan Kepemimpinan
Selain sebagai panglima perang, Khalid bin Walid di kenal sebagai sosok yang rendah hati dan patuh kepada pemimpinnya. Ketika Khalifah Umar bin Khattab memecatnya dari jabatan panglima, Khalid menerima keputusan itu tanpa protes.
Ia tetap berjuang di medan perang sebagai prajurit biasa. Ketika di tanya mengapa ia tidak menolak pemecatan tersebut, Khalid menjawab dengan penuh keikhlasan:
“Aku berperang bukan untuk Umar, tapi untuk Allah.”
Kata-kata itu mencerminkan ketulusan hatinya dan semangat jihad yang murni, bukan demi kekuasaan atau kehormatan pribadi.
Akhir Hayat Khalid bin Walid
Meski dikenal sebagai panglima yang tak terkalahkan di medan perang, Khalid bin Walid justru wafat di atas ranjang, bukan di medan jihad. Ia wafat pada tahun 642 M (21 H) di kota Homs, Suriah, setelah menderita sakit.
Menjelang wafatnya, ia berkata dengan penuh rasa haru:
“Aku telah ikut lebih dari seratus pertempuran, tidak ada satu pun bagian tubuhku yang tidak terkena luka pedang atau tombak. Namun, kini aku mati di tempat tidur seperti unta tua. Semoga mata para pengecut tidak dapat tidur nyenyak.”
Ucapan itu menggambarkan kekecewaannya karena tidak gugur syahid, namun tetap menjadi simbol keberanian dan semangat jihad yang abadi.
Makam Khalid bin Walid di Homs, Suriah
Makam Khalid bin Walid terletak di kota Homs, Suriah, tepatnya di dalam Masjid Khalid bin Walid, yang dibangun pada masa Kekhalifahan Ottoman (abad ke-13 M). Masjid ini memiliki dua menara tinggi dan kubah perak besar, dengan gaya arsitektur Ottoman klasik yang indah.
Di dalam masjid, terdapat makam Khalid bin Walid dan putranya, Abdul Rahman bin Khalid. Makam ini dihiasi dengan kain hijau dan ukiran kaligrafi Arab yang menenangkan.
Masjid ini bukan hanya tempat ziarah, tetapi juga menjadi simbol sejarah peradaban Islam dan pengingat akan jasa besar sang panglima yang mengibarkan panji Islam di berbagai penjuru dunia.
Selama bertahun-tahun, makam ini menjadi tujuan ziarah umat Islam dari berbagai negara, terutama bagi mereka yang ingin mengenang keteladanan Khalid dalam keberanian, kepemimpinan, dan keteguhan iman.
Warisan dan Teladan
Khalid bin Walid meninggalkan warisan besar bagi dunia Islam — bukan hanya berupa kemenangan militer, tetapi juga pelajaran tentang disiplin, kepemimpinan, dan keikhlasan.
Beberapa teladan penting darinya antara lain:
- Keberanian dan ketegasan dalam menghadapi tantangan.
- Kecerdasan dalam strategi dan pengambilan keputusan cepat.
- Kesetiaan dan ketaatan penuh kepada pemimpin.
- Keikhlasan dalam berjuang hanya untuk Allah, bukan untuk pujian manusia.
Hingga kini, nama Khalid bin Walid masih diabadikan di berbagai negara Islam — dari nama masjid, jalan, hingga akademi militer. Ia dikenang sebagai panglima besar yang tak pernah kalah dan pedang Allah yang tak pernah tumpul.
Kesimpulan
Makam Khalid bin Walid di Homs, Suriah, bukan sekadar tempat peristirahatan terakhir seorang sahabat Nabi, tetapi monumen spiritual yang mengingatkan umat Islam akan kekuatan iman dan keikhlasan.
Sebagai Saifullah al-Maslul, Khalid bin Walid menorehkan sejarah luar biasa dengan keberanian, kecerdasan, dan dedikasi tanpa pamrih. Ia membuktikan bahwa kekuatan sejati bukan hanya berasal dari senjata, tetapi dari keimanan yang kokoh dan niat tulus untuk membela kebenaran.
Hingga kini, makamnya tetap menjadi saksi bisu kejayaan Islam dan simbol keabadian semangat jihad fi sabilillah, yang terus menginspirasi generasi Muslim di seluruh dunia.
