Masjidku.id – Makam Imam Hanafi di Baghdad menjadi salah satu situs bersejarah penting bagi umat Islam, tempat dimakamkannya pendiri Mazhab Hanafi.
Di jantung kota Baghdad, Irak, berdiri sebuah tempat bersejarah yang menjadi saksi kejayaan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam — makam Imam Abu Hanifah an-Nu‘man bin Tsabit, pendiri Mazhab Hanafi, salah satu dari empat mazhab besar dalam Islam.
Makam ini bukan sekadar tempat peristirahatan terakhir seorang ulama besar, tetapi juga simbol keilmuan, keteguhan prinsip, dan kontribusi Islam klasik yang masih berpengaruh hingga hari ini.
Bagi jutaan umat Muslim di seluruh dunia, khususnya pengikut Mazhab Hanafi, tempat ini memiliki nilai spiritual dan sejarah yang sangat tinggi.
BACA JUGA : Makam Khalid bin Walid: Pedang Allah yang Tak Pernah Tumpul
1. Siapa Imam Abu Hanifah?
Sebelum membahas makamnya, penting untuk mengenal sosok Imam Abu Hanifah lebih dekat.
Nama lengkapnya adalah Nu‘man bin Tsabit bin Zautha at-Taymi al-Kufi, lahir di Kufah (Irak) pada tahun 80 Hijriah (699 Masehi), dan wafat pada tahun 150 Hijriah (767 Masehi).
Beliau dikenal sebagai ulama besar fiqih dan pendiri Mazhab Hanafi, mazhab yang paling banyak diikuti di dunia Islam, terutama di wilayah Asia Tengah, Turki, India, Pakistan, dan sebagian Timur Tengah.
Imam Abu Hanifah hidup di masa keemasan Dinasti Abbasiyah, ketika Baghdad dan Kufah menjadi pusat ilmu dan perdebatan intelektual Islam.
Beliau belajar dari banyak ulama, termasuk murid para sahabat Nabi seperti Anas bin Malik dan Abdullah bin Mas‘ud.
Ciri khas Mazhab Hanafi adalah pendekatan rasional dan logis dalam memahami hukum Islam.
Imam Abu Hanifah dikenal dengan istihsan (pertimbangan kemaslahatan) dan qiyas (analogi hukum), yang menjadikan mazhabnya fleksibel dan relevan di berbagai zaman.
2. Riwayat Wafat dan Pemakaman di Baghdad
Imam Abu Hanifah wafat di Baghdad pada tahun 150 H, dalam usia sekitar 70 tahun.
Menurut berbagai sumber sejarah, beliau wafat dalam keadaan dizalimi oleh penguasa, karena menolak jabatan tinggi yang di tawarkan Khalifah al-Manshur.
Sebagai seorang ulama yang berpegang teguh pada prinsip, beliau lebih memilih di penjara daripada menggunakan ilmunya untuk kepentingan politik.
Jenazah beliau di makamkan di daerah al-Khurasaniyah, yang kini berada di kawasan Adhamiyah, Baghdad utara.
Tempat ini kemudian di kenal dengan sebutan Maqbarah Abu Hanifah atau Makam Imam Hanafi.
Seiring berjalannya waktu, lokasi ini berkembang menjadi kompleks pemakaman dan pusat ziarah keagamaan, tempat ribuan peziarah datang untuk berdoa, membaca Al-Qur’an, dan mengenang jasa beliau dalam dunia Islam.
3. Struktur dan Arsitektur Makam
Makam Imam Hanafi merupakan perpaduan antara arsitektur Islam klasik dan modern, mencerminkan kebesaran sosok yang dimakamkan di dalamnya.
Bangunan utama terdiri dari:
- Kubah besar berwarna hijau yang menjulang tinggi sebagai simbol ilmu dan spiritualitas.
- Dinding berukir kaligrafi Arab berisi ayat-ayat Al-Qur’an dan pujian untuk Imam Abu Hanifah.
- Ruang utama (maqam) di mana makam beliau di tempatkan, ditutupi kain hijau dan emas, di hiasi ornamen islami yang indah.
Selain makam utama, di dalam kompleks juga terdapat:
- Masjid besar bernama Masjid Abu Hanifah an-Nu‘man, yang menjadi tempat shalat Jumat dan kegiatan keagamaan.
- Madrasah (sekolah Islam) yang masih aktif mengajarkan ilmu fiqih Mazhab Hanafi hingga hari ini.
- Perpustakaan Islam klasik, menyimpan manuskrip kuno dan buku-buku tentang fiqih serta sejarah Baghdad.
Suasana di area makam sangat tenang dan khusyuk.
Setiap hari, jamaah dari berbagai negara datang untuk membaca doa dan mengambil inspirasi dari keteladanan sang Imam.
4. Nilai Sejarah dan Spiritual
Makam Imam Hanafi tidak hanya penting bagi umat Muslim, tetapi juga bagi sejarah peradaban Islam.
Baghdad sendiri pada masa Abbasiyah adalah pusat intelektual dunia — rumah bagi Baitul Hikmah dan para ilmuwan besar seperti Al-Kindi, Al-Khawarizmi, dan Imam Ahmad bin Hanbal.
Keberadaan makam ini menjadi pengingat betapa besar kontribusi ulama dalam membangun fondasi hukum Islam dan pemikiran keagamaan.
Bagi para peziarah, berkunjung ke makam Imam Hanafi bukan sekadar ritual, tetapi juga refleksi spiritual.
Mereka mengenang perjuangan beliau dalam menegakkan keadilan dan integritas ilmu di tengah tekanan politik.
Imam Abu Hanifah di kenal karena keteguhannya. Salah satu ucapannya yang terkenal adalah:
“Barang siapa mencari ilmu untuk amal, ia akan di muliakan. Barang siapa mencarinya untuk berdebat, ia akan celaka.”
Pesan moral ini tetap relevan hingga kini — bahwa ilmu harus di gunakan untuk kebaikan, bukan untuk kepentingan pribadi atau kekuasaan.
5. Pengaruh Mazhab Hanafi di Dunia Islam
Mazhab Hanafi yang di diri kan Imam Abu Hanifah adalah mazhab tertua di antara empat mazhab besar Islam (bersama Malikiyah, Syafi‘iyah, dan Hanbaliyah).
Mazhab ini menjadi pegangan resmi di berbagai wilayah kekuasaan Islam, termasuk Khilafah Abbasiyah, Dinasti Ottoman, dan Kesultanan Mughal.
Beberapa alasan mengapa Mazhab Hanafi begitu berpengaruh:
- Fleksibilitas hukum: memberikan ruang bagi interpretasi sesuai kondisi sosial dan budaya.
- Penekanan pada akal (ra’yu): mendorong pemikiran logis dalam memahami syariat.
- Sistem fiqih yang tertata: hasil ijtihad beliau dan murid-muridnya di kodifikasi dengan rapi.
Warisan pemikiran ini masih hidup di universitas-universitas Islam dan lembaga hukum di berbagai negara hingga saat ini.
Maka tidak mengherankan bila makam Imam Hanafi di Baghdad di anggap sebagai pusat spiritual dan intelektual bagi pengikutnya di seluruh dunia.
6. Makam Sebagai Pusat Ziarah dan Pendidikan
Hingga kini, kompleks makam Imam Hanafi menjadi salah satu destinasi wisata religi utama di Baghdad.
Setiap tahun, terutama pada bulan Ramadan dan hari-hari besar Islam, ribuan peziarah datang untuk berziarah, berdoa, dan menghadiri kajian keagamaan.
Pemerintah Irak dan lembaga keagamaan setempat menjaga situs ini dengan ketat karena nilai sejarah dan spiritualnya.
Kawasan Adhamiyah, tempat makam ini berada, di kenal sebagai daerah yang sarat dengan identitas keislaman dan intelektual.
Bagi para pelajar Islam, mengunjungi makam Imam Hanafi menjadi pelajaran nyata tentang keteladanan ulama — bagaimana seorang manusia bisa meninggalkan warisan ilmu yang abadi.
Kesimpulan
Makam Imam Abu Hanifah di Baghdad bukan sekadar tempat peristirahatan seorang ulama besar, tetapi juga simbol warisan intelektual Islam yang abadi.
Dari tempat ini, dunia mengenang seorang imam yang memadukan kecerdasan, keteguhan iman, dan keberanian moral.
Kehidupan dan ajarannya terus menginspirasi jutaan Muslim hingga hari ini — mengingatkan bahwa ilmu, kejujuran, dan keikhlasan adalah pilar utama dalam menegakkan agama.
Ziarah ke makam beliau bukan hanya perjalanan fisik ke Baghdad, tetapi juga perjalanan batin untuk meneladani sosok Imam Hanafi, sang pelita ilmu yang cahayanya tidak pernah padam. 🌙📚
