Masjidku.id – Tradisi Tabot di Bengkulu, warisan budaya Islami yang sarat makna sejarah dan nilai kebersamaan.
Sejarah Awal Tradisi Tabot
Tradisi Tabot merupakan salah satu warisan budaya tertua dan paling unik di Provinsi Bengkulu. Kemudian, tradisi ini berasal dari peringatan atas gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Imam Husain bin Ali, dalam peristiwa Tragedi Karbala pada tanggal 10 Muharram tahun 61 Hijriah.
Tradisi ini pertama kali di perkenalkan oleh keturunan India Selatan yang di kenal sebagai komunitas Syiah dari Madras (sekarang Chennai). Mereka datang ke Bengkulu pada masa penjajahan Inggris sekitar abad ke-18. Salah satu tokoh penting dalam penyebaran tradisi ini adalah Syech Burhanuddin atau yang lebih di kenal dengan Imam Senggolo, seorang pekerja yang menikah dengan wanita lokal dan menurunkan generasi keturunan Tabot hingga kini.
BACA JUGA : Masjid Modern di Dubai dengan Teknologi Canggih
Makna Religius di Balik Upacara Tabot
Tradisi Tabot bukan sekadar pesta rakyat, tetapi mengandung makna religius yang mendalam. Tabot sendiri berasal dari kata Arab “Tabut” yang berarti peti suci, merujuk pada peti tempat menyimpan potongan tubuh Imam Husain.
Melalui prosesi ini, masyarakat Bengkulu memperingati kesyahidan Imam Husain sebagai simbol perjuangan melawan kezaliman dan ketidakadilan. Nilai-nilai yang di angkat dari tradisi ini meliputi pengorbanan, keikhlasan, dan kebersamaan dalam memperjuangkan kebenaran.
Rangkaian Upacara dan Prosesi Tabot
Tradisi Tabot biasanya di selenggarakan mulai tanggal 1 hingga 10 Muharram setiap tahunnya. Rangkaian upacaranya sangat kaya dan penuh simbolisme, terdiri atas beberapa tahapan penting:
- Mengambil Tanah (Mengambil Tanah Tabot):
Prosesi pertama di lakukan pada tanggal 1 Muharram. Para keturunan Tabot mengambil tanah dari lokasi khusus sebagai simbol penciptaan manusia dan asal mula kehidupan. - Duduk Penja:
Pada tahap ini di lakukan pembersihan benda-benda pusaka keluarga Tabot yang di sebut Penja, berupa logam berbentuk telapak tangan, simbol tangan Imam Husain. - Menjara:
Prosesi ini berupa arak-arakan musik dol dan tassa keliling kota, menggambarkan semangat perjuangan dan duka cita atas gugurnya Imam Husain. - Arak Seroban:
Seroban atau sorban yang di percaya sebagai milik Imam Husain di arak dengan penuh khidmat menuju tempat penyimpanan sementara. - Tabot Tebuang:
Upacara puncak yang di lakukan pada 10 Muharram di Padang Karbala (biasanya di kawasan pantai). Tabot-tabot besar di arak dan kemudian “di buang” ke laut sebagai simbol kembalinya ruh Imam Husain kepada Sang Pencipta.
Musik Dol: Jiwa Tradisi Tabot
Salah satu elemen paling ikonik dari tradisi Tabot adalah musik dol, yaitu tabuhan bedug besar yang di mainkan dengan ritme khas. Musik ini memiliki nuansa semangat perjuangan dan kesedihan sekaligus, menggugah emosi masyarakat yang menyaksikan. Kini, dol juga menjadi simbol budaya Bengkulu dan sering di mainkan dalam berbagai acara resmi maupun festival daerah.
Nilai Budaya dan Sosial Tradisi Tabot
Lebih dari sekadar upacara keagamaan, Tabot menjadi simbol persatuan dan identitas masyarakat Bengkulu. Acara ini di ikuti oleh berbagai lapisan masyarakat tanpa membedakan suku atau agama. Nilai-nilai gotong royong dan solidaritas tampak nyata ketika warga bekerja sama membuat Tabot, menghiasnya, hingga mengiringi prosesi.
Selain itu, Tabot juga menjadi ajang pelestarian seni tradisional seperti tari dol, pembuatan miniatur tabot, dan berbagai kuliner khas seperti lemang dan dodol Bengkulu. Dengan demikian, tradisi ini turut memperkuat ekonomi masyarakat melalui sektor pariwisata dan UMKM lokal.
Transformasi dan Pelestarian Tabot di Era Modern
Pemerintah Bengkulu kini telah menetapkan Tabot sebagai warisan budaya takbenda Indonesia yang perlu dilestarikan. Setiap tahun, diselenggarakan Festival Tabot Bengkulu yang memadukan aspek religius dan pariwisata. Namun, dalam pelaksanaannya, unsur keagamaan tetap dijaga agar tidak kehilangan makna spiritual aslinya.
Para keturunan Tabot memiliki peran penting dalam menjaga kemurnian tradisi ini, sementara pemerintah dan masyarakat umum berperan dalam memperluas dampaknya sebagai daya tarik wisata budaya nasional.
Kesimpulan
Tradisi Tabot Bengkulu bukan hanya ritual tahunan, tetapi juga warisan sejarah yang sarat nilai perjuangan dan spiritualitas. Melalui tradisi ini, masyarakat diajak untuk mengingat kembali arti pengorbanan, keadilan, dan solidaritas. Tabot menjadi cermin bagaimana warisan budaya dapat bertahan dan terus hidup di tengah modernisasi, menjadi kebanggaan Bengkulu dan Indonesia.
